Beberapa pekan terakhir, bahkan satu-dua tahun belakang ini, banyak sekali diskursus mengenai publikasi ilmiah di Indonesia. Tidak sedikit yang mengkritik praktik-praktik amoral dalam publikasi ilmiah. Mulai dari media cetak hingga online ramai akan fenomena tersebut karena praktik plagiarisme sampai perjokian. Sepengetahuan saya sendiri, pada kolom detikcom saja terdapat beberapa tulisan seperti Balada Dosen dan Publikasi Ilmiah oleh Yayu Nidaul Fithriyyah, Dosen dalam Balada Publikasi Ilmiah? Oleh Fitria Rahmawati, Menyiasati Publikasi Ilmiah oleh Christina Eviutami Mediastika, dan terakhir Publikasi Ilmiah Peneliti Kita oleh Guru Besar Unair Badri Munir Sukoco.
Menurut Badri (2022), peringkat publikasi ilmiah Indonesia 7 tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan secara kuantitas. Publikasi ilmiah dalam pandangan perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam pemeringkatan kampus seperti Academic Ranking World University (ARWU), Times Higher Education World University Ranking (THE WUR), UNIRANK, dan QS WUR, utamanya dari database Scopus dan Web of Science (Clarivate Analytics). Sehingga tidak mengherankan banyak kampus di Indonesia menargetkan para dosennya untuk publikasi pada indeksasi database tersebut. Lalu pertanyaannya, bagaimana posisi dosen muda?
Dinamakan dosen muda karena seorang dosen itu baru terjun dalam dunia perguruan tinggi, atau karena umurnya yang memang masih cukup muda dibandingkan kolega lainnya. Bagi dosen pemula atau sering disebut dengan dosen muda, publikasi ilmiah merupakan bukan hal baru.
Banyak kampus menempatkan dosen muda sebagai pengelola jurnal bahkan sebagai tim percepatan guru besar tingkat fakultas dan universitas. Para pimpinan menganggap dosen muda memiliki pengalaman yang jauh lebih banyak dan melek teknologi terhadap jurnal ilmiah. Hal ini memungkinkan banyaknya akses https://news.detik.com//kolom/d-6591576/dosen-muda-dalam-pusaran-publikasi-ilmiah terkait dengan publikasi ilmiah baik secara nasional maupun internasional.
Menjadi Tim Percepatan
Selama ini dosen muda di Indonesia secara umum, utamanya yang masih bergelar S2 terbagi ke dalam tiga tahapan kepangkatan yaitu Tenaga Pengajar, Asisten Ahli, Lektor. Untuk bisa mengikuti skema penelitian baik tingkat universitas atau kementerian, para dosen muda umumnya menjadi anggota tim peneliti, mengingat syarat minimalnya memiliki pangkat lektor.
Padahal secara umum untuk bisa mencapai kepangkatan lektor seorang dosen baru minimal membutuhkan empat tahun semenjak direkrut menjadi dosen di Perguruan Tinggi. Fakta ini semakin mendorong peneliti atau dosen muda yang memiliki kualitas mumpuni pada aspek penelitian untuk mencari kesempatan di luar untuk menjadi research freelancer atau masuk ke lembaga-lembaga pendampingan penulisan naskah artikel.
Di sisi lain, pada level internal perguruan tinggi, banyak dosen muda yang akhirnya menjadi tim percepatan Guru Besar, sebagai data analysis atau pencari data lapangan. Meskipun demikian praktik di luar kendali bisa saja terjadi. Misalnya sebagai tim anggota peneliti bisa saja mengelola penelitian dari awal hingga akhir menjadi luaran penelitian.
Di samping itu, sebagai anggota tim percepatan Guru Besar, kemungkinan peran dosen muda sebagai "joki" juga semakin besar, sebagaimana yang telah disampaikan beberapa waktu lalu oleh tim investigasi Kompas dan Dirjen Dikti. Syarat administratif yang membelenggu kiprah dosen muda ini cenderung menjadi kendala proses perkembangan secara keilmuan bagi dosen pemula/muda di Indonesia.
Kaderisasi dan Proses Pembelajaran
Seringkali, peneliti senior merekrut dosen muda dalam sebuah proyek penelitian adalah bagian dari kaderisasi dan proses pembelajaran. Hal itu memang sangat dibenarkan untuk menambah jam terbang bagi dosen muda pada aspek penelitian dan publikasi ilmiah. Tetapi fakta yang sering terjadi dosen muda yang mestinya menjadi second player justru menjadi first player.
Para peneliti utama yang mayoritas telah memiliki jabatan strategis kampus dan di luar kampus akhirnya memasrahkan kepada dosen muda untuk mengelola penelitian bahkan sampai drafting publikasi ilmiah. Padahal dosen muda juga perlu adaptasi dengan pola pekerjaan di perguruan tinggi.
Tuntutan luaran penelitian yang cukup ketat juga sering menjadi model pragmatis bagi para peneliti yang kemudian juga dibebankan kepada dosen muda untuk membantu mencarikan jurnal yang paling relevan. Dan, bahkan dengan deadline yang sangat mepet para dosen muda sering ditarget untuk bisa publish.
Meskipun terdapat fakta negatif di atas, terdapat beberapa hal positif bagi dosen muda. Sesungguhnya dosen muda juga mendapatkan keuntungan dari proses ini karena dapat mengetahui https://news.detik.com//kolom/d-6591576/dosen-muda-dalam-pusaran-publikasi-ilmiah dan pengetahuan baru. Tetapi tidak sedikit dari teman-teman dosen muda yang mengeluh karena semakin banyak pekerjaan yang mereka lakukan dan minimnya kontribusi peneliti utama.
Sebagian besar pemahaman dosen senior terkait publikasi ilmiah khususnya jurnal internasional bereputasi adalah berbayar sangat mahal. Selain itu, dengan deadline yang mepet mereka akhirnya menyetujui apapun yang disyaratkan yang penting artikelnya bisa terbit untuk dijadikan luaran penelitian.
Meskipun tidak bisa disalahkan pemahaman itu bagi kami, https://news.detik.com//kolom/d-6591576/dosen-muda-dalam-pusaran-publikasi-ilmiah jurnal internasional bereputasi gratis pilihannya sangat banyak mulai dari publisher yang sudah mapan seperti Sage, ScienceDirect, Wiley Online, Taylor and Francis Online, dan Emerald Insight. Kuncinya di beberapa publisher itu adalah sabar karena proses review yang cenderung lama.
Penting untuk dicatat, meskipun gratis, tetap ada sedikit biaya yang timbul dalam proses penulisan manuskrip. Seperti akses ke jasa penerjemahan atau editing tata bahasa profesional untuk memastikan konsistensi dan akurasi naskah dalam hal ejaan, tanda baca, dan format sebelum dikirimkan ke jurnal. Kendatipun begitu, biaya untuk kedua jasa ini relatif terjangkau. Berkisar Rp 2 juta - Rp 3 juta per artikel, tergantung jumlah kata. Sehingga https://news.detik.com//kolom/d-6591576/dosen-muda-dalam-pusaran-publikasi-ilmiah-https://news.detik.com//kolom/d-6591576/dosen-muda-dalam-pusaran-publikasi-ilmiah semacam ini dapat dipahami oleh semua dosen di Indonesia, tidak hanya dosen muda.
Kolom
Dosen Muda dalam Pusaran Publikasi Ilmiah
Selasa, 28 Feb 2023 13:30 WIB

Jakarta -